Selasa, 10 Juni 2014

Di Balik Dapur Pembuatan Game Pertamaku (Tugas Besar GPU)

Apa kabar blogku yg sudah berdebu? :-)  Lama tak memberi kabar...sudah beberapa minggu ini selalu disibukkan dengan tugas dan UAS. Sementara cerita PK pun belumlah selesai. Seperti punya hutang pd diri sendiri hehe. Ok inshaAllah diselesaikan ya...nanti setelah ini saya akan coba membuat posting tentang salah satu tugas yang kemarin sempat membuat badan ini tepar hehehe...Selama seminggu lebih menjalankan peran sangkuriang hehe, dikarenakan mengejar deadline tugas game. Game apaan sih...? Jadi begini..karena saya ada di jurusan teknik media digital dan game, maka tidak akan sah kalau tidak membuat game :-D. Maka untuk tugas salah satu mata kuliah semester ini yaitu Komputer Grafis dan Pemrograman adalah membuat game ;-)

Awalnya terasa berat..dan sempat terpikirkan apakah tugas membuat game ini bisa saya selesaikan atau tidak. Apalagi setelah mencoba beberapa kali, selalu gagal. Dokumentasi tutorial juga kurang lengkap. Sempat hampir desperate...hiks..loh kok jd curcol? hihih...Oke, jadi gini #sambil betulin posisi ngetik .

Jadi...tugas game yang saya buat dianjurkan dengan menggunakan game engine 3D yaitu Torque versi 3. Sumber awal saya dapat dari http://garagegames.com/  . Ada juga tutorial online nya di http://docs.garagegames.com/torque-3d/official/  . Tapiii..setelah dibaca-baca, ternyata tutorial ini tidak menyeluruh..maksudnya disini, yg saya cari belum ketemu. Saya ingin agar si musuh memiliki kecerdasan buatan (AI) sehingga ia bisa memilih jalan sendiri untuk mengejar si player dan melakukan aksi menyerang, serta aksi jatuh atau mati ketika ditembak. Daaan...ini saya temukan di tutorial http://www.imjustacoffeefilter.com/zombiechase.htm . Disana juga ada info tentang situs untuk mendapatkan objek 3D animasi zombie gratis ..linknya disini . Padahal kalau baca di garage game, untuk mendapatkan paket game Zombie ala torque aja bayar .nah ini ada objek 3D gratis, ya sudah langsung tancap aja (download) hehe...

Oke, langkah selanjutnya adalah memasukkan objek dan ai player ke terrain yg sudah saya buat. Terrain itu adalah semacam tempat/arena bermainnya. Kali ini terrain yang saya buat adalah sebuah hutan rimba yang ada disebuah pulau. Pastinya kontur tanahnya naik turun, karena ada bukit-bukit, pepohonan, jurang, danau, dan lautan. Intinya setting tempat dibuat sedemikian mistis, supaya mendukung suasana bermain game. Hmm..untuk membuat terrain ini saja lumayan memakan waktu :-(, apalagi grafis laptopku kurang mendukung :-( ternyata harus beli yg NVidia ...iri deh pas liat teman2 demo pada lancar semua...tp untung di menit-menit terakhir, saya dapat pinjaman laptop dari teman saya Nanda (makasih ya Nda ;-) untuk melakukan demo game. Tapi sayang, laptop Nanda tidak dapat merekam suara, jadi yang ada hanya tampilan demo game dan foto kami di pojok kanan bawah hee #numpang eksis...Ok,berikut link videonya : Demo Game 
Dibagian deskripsi video tsb ada sumber-sumber tutorial yang saya pelajari. Silahkan jika ada yang ingin belajar, monggo dibuka-buka linknya :-)

Untuk lebih jelas, saya perlihatkan screenshoot dari game The Island of Zombie :

Tampilan awal game The Island of Zombie
Lalu tampilan ketika player akan menembak si Zombie yg nakal seperti nyamuk karena suka menggigit hehehe..
Ready to Shoot...
 Yg ini tampilan ketika zombie akan menyerang player
Zombie yg mengerikan siap menyerang...hiiiy...
Lokasi teleporter didekat sebuah bangunan tua..teleporter ini dapat menyelamatkan player agar dapat pindah tempat ke lokasi yang aman yaitu di pesisir pantai pulau Zombie. Mengapa? karena anggapannya di pinggir pantai banyak sinar matahari, sehingga para zombie tidak akan berani ke daerah tersebut. Tapi, dengan catatan, si player harus sudah dapat melarikan diri sebelum matahari terbenam. Karena, ketika matahari tenggelam para zombie akan muncul kembali bahkan ke daerah  pesisir pantai sekalipun akan diserang oleh mereka.  Berikut tampilan lokasi teleporter nya :
Lokasi teleporter 1
Jadi disini tantangannya adalah bagaimana si player harus mencari teleporter ke-1 sambil menghindari serangan para zombie disepanjang perjalanan.
Lokasi teleporter 2 di pinggir pulau
Ketika player sudah menemukan teleporter 1 lalu ia akan melewati kotak trigger yang ada diatas teleporter untuk pindah ke teleporter 2 yang ada di pinggir pantai. Sampai disini, sudah dicapai Victory Condition dari game ini.  Meski sebenarnya ide awal adalah agar si player dapat pindah terrain atau level. Tapi, karena waktu nya mefet, sudah mendekati deadline pengumpulan tugas, maka jadilah si player cukup pindah posisi ke pesisir pulau saja ;-)

Ga kebayang hebohnya kami di malam2 akhir deadline tugas..jam 10 malam masih heboh testing game, revisi terrain, buat video, dll, Sementara batas waktu adalah sampai jam 12 malam :-O. Alhamdulillaaah..sekitar pukul 22.30 aku selesai upload video dan source code game. Sementara temanku Nanda, masih harus menunggu proses render video...yang ternyata salah render..video gabungan 1 giga di render semua hihihih...saking gugupnyaaah :-D

Begitulah cerita singkat tentang proses belajar buat game pertama saya menggunakan Torque 3D. Sesuatu yang awalnya spt mustahil tidak bisa saya kerjakan, tapi Alhamdulillah ternyata jadi juga sebuah game dengan skenario sampai mencapai Victory Condition dan musuh memiliki Ai..meski untuk sempurna, masih sangatlah jauh..karena proses belajar masih harus terus berjalan.


Rabu, 07 Mei 2014

Hari ke-9 PK IX LPDP Kunjungan ke Garuda Indonesia Training Center (GITC)

Masya Allah, ternyata sulit ya untuk mencari sela-sela waktu mengisi blog. Apalagi mau menyelesaikan cerita ttg PK. Tidak terasa sudah masuk awal Mei. Di kampus pun sudah masuk dengan minggu-minggu penuh ujian dan cobaan. Meski banyak tanggal merah, tp tugas tetap saja menghantui, yah resiko jadi mahasiwa ya begini, dinikmati saja :-)

Tapi setiap kali melihat foto-foto PK IX, kembali teringat memori beberapa bulan yang lalu, dan ..semangat itu kembali bangkit. Meski secara detail urutan kegiatan sudah tidak dapat aku ingat secara lengkap, karena tercampur dengan memori lainnya yang terus menumpuk setiap hari. Apa kabar teman-teman PK IX pada saat ini? Pastinya mereka sudah disibukkan dengan kegiatan kuliah mereka masing-masing. Hingga detik ini, forum fb, waa, semua tampak sepi. Bahkan blog lpdp9.org pun sepertinya mati suri. Mungkin karena semua sedang sibuk berjuang dengan misi belajar mereka. Termasuk saya, update blog saja jeda waktunya lama bangeett :-(

Ok, langsung saja kembali napak tilas kegiatan PK IX judulnya adalah latepost banget-banget deh pokoknya hehehe...Sepertinya cerita hari berikutnya, aku copy-paste saja dari web http://lpdp9.org/2013/11/day-9-knowledge-exchange/  karena memoriku sudah tidak dapat mengingat runut kejadian #sigh, daan sepertinya web  lpdp9.org bisa menjadi referensi yang lengkap dan valid ;-). Nuhuuun pisaaan yaa kepada admin web lpdp9.org  pak Ridwan dkk, juga kepada para teman-teman kontributor yang tidak dapat disebutkan satu-satu (karena saya lupa siapa-siapa saja :-D) .

Rabu, 26 Februari 2014.
Para peserta Program Kepemimpinan batch 9 (PK-9) LPDP berkumpul pada pukul 06.00 pagi di lobi Wisma Makara UI, Depok. Kegiatan pertama yang kami lakukan hari ini adalah company visit. Saat keberangkatan, kami tidak diberitahukan secara pasti tentang perusahaan apa yang akan kami kunjungi sehingga kami hanya bisa menerka-nerka melalui jalur perjalanan yang kami lewati. Kami berangkat menuju lokasi sekitar pukul 06.30 pagi dengan menggunakan 3 unit bus. Kami melewati daerah Kuningan, Semanggi, Slipi, Daan Mogot, dan tiba di lokasi yang terletak di daerah Cengkareng. Ternyata, perusahaan tujuan kami adalah Garuda Indonesia Training Center (GITC). Kami tiba disana sekitar pukul 10.00 pagi. GITC sering mendapatkan kunjungan dari berbagai lembaga formal dan informal. Bahkan rata-rata mereka dapat menerima kunjungan untuk pelatihan sebanyak 5-6 kunjungan per bulan.
Persiapan keberangkatan ke GITC
Sesaat setelah tiba, kami langsung berkumpul di auditorium GITC gedung D untuk mendengarkan penjelasan mengenai informasi umum GITC dan bagian apa saja yang akan kami eksplorasi di perusahaan tersebut. Pada presentasi tersebut, diberitahukan bahwa ada 4 produk/layanan utama dari GITC, yakni flight operation training, flight attendant training, airline business training, dan flight operation officer training. Visi dari GITC adalah menyediakan learning solution untuk menciptakan para staf yang memiliki kinerja yang berkualitas. Selain kemampuan dasar, mereka diharapkan memiliki kemampuan motorik dan juga perilaku yang baik.

Sambutan dari Manajemen GITC di Auditorium Gedung D
Berikutnya, kami mulai mengeksplorasi beberapa bagian dari GITC. Pertama, kami diajak untuk mengeksplorasi bagian flight attendant training. Kami dibawa menuju kelas Social Grace. Kelas tersebut memberikan pengajaran kepada flight attendant mengenai 4 hal pokok, yaitu behavior, communication, body language, dan appearance. Kami ditunjukkan mengenai tata cara duduk, berdiri, berjalan, dan berjongkok sesuai dengan standar GITC.

Setelah itu, kami diajak untuk melihat tata cara penyelamatan penumpang di air dan di darat apabila terjadi keadaan darurat. Untuk penyelamatan di darat, para pramugari dilatih untuk bergerak cepat, membuka pintu darurat, menggembungkan pelampung luncur dan mengevakuasi penumpang dalam waktu singkat. Untuk penyelamatan di air, para pramugari dilatih untuk menggunakan baju pelampung dan menggembungkan perahu karet untuk mengevakuasi para penumpang. Sebuah baju pelampung (life vest) memiliki sebuah dot berangka yang menandai bulan terakhir masa berlaku baju pelampung tersebut. Artinya, apabila telah melebihi bulan tersebut, life vest harus diganti.
Kami juga ditunjukkan bagian lain dari GITC , yaitu flight operation training. Mereka menjelaskan sedikit tentang proses rekruitmen pilot Garuda Indonesia. Setiap tahunnya, Garuda Indonesia membuka proses rekrutmen pilot untuk menjaring lulusan SMA dengan jurusan IPA yang memiliki kemampuan akademik dan psikologi yang baik. Setelah lulus serangkaian tes, mereka akan disekolahkan di akademi pilot selama kurang lebih satu tahun. Setelah lulus, mereka akan mengikuti pelatihan di GITC selama 8 bulan di dalam kelas dan 6-9 bulan di dalam simulator.
Kunjungan selama sekitar 2 jam tersebut diakhiri dengan kegiatan foto bersama seluruh peserta dan panitia PK-9 LPDP.


Perjalanan kembali ke Wisma Makara UI, Depok dimulai pada pukul 14.00 dan kami tiba di lokasi tujuan pada pukul 15.10. Kami diberikan waktu untuk beristirahat sejenak dan selanjutnya diinstruksikan untuk berkumpul di Graha Sabha Widya pada pukul 15.50 untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan dalam kelompok. Setiap kelompok mengerjakan 2 tugas besar, yakni Citizen Journalism dan Visualisasi Mimpi. Tugas pertama terkait dengan pembuatan video yang menggambarkan berbagai informasi yang telah kami peroleh berdasarkan pengalaman kami berinteraksi dengan suku Baduy, Banten. Sementara itu, tugas kedua terkait dengan pembuatan video yang mengilustrasikan mimpi dari masing-masing orang dalam kelompok di masa yang akan datang.
Acara selanjutnya merupakan presentasi materi mengenai “Social Entrepreneurship” yang dimulai pada pukul 20.00. Materi tersebut disampaikan oleh Goris Mustaqim, pendiri dari Asgar Muda Foundation. Lembaga tersebut merupakan salah satu wirausaha sosial yang didirikan di Garut, tempat beliau berasal. Ada beberapa bidang yang dilayani oleh lembaga tersebut, antara lain: education, youth entrepreneurship incubator, microfinance, dan trees investment program. Pada bidang education, lembaga tersebut membantu siswa SMA yang tidak mampu untuk mendapatkan bimbingan belajar secara murah bahkan gratis (dalam rangka mengikuti seleksi mahasiswa PTN) melalui konsep “subsidi silang”. Pada bidang youth entrepreneurship incubator, lembaga tersebut membantu para generasi muda yang ingin berwirausaha dalam hal permodalan, pameran, dll. Pada bidang microfinance, lembaga ini menyediakan permodalan dengan konsep syariah.
Beliau berpendapat bahwa salah satu hal yang menyebabkan Indonesia belum maju adalah banyaknya orang terbaik daerah tidak mau kembali ke daerah untuk membangun daerahnya. Padahal, jika setiap orang pintar yang berasal dari daerah mau kembali ke daerahnya untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada di daerahnya tersebut, maka kemajuan/kesejahteraan di Indonesia akan merata. Selanjutnya, beliau menjelaskan perbedaan antara entrepreneurship biasa dengan social entrepreneurship. Entrepreneurship biasa digerakkan oleh permintaan dan penawaran dalam ilmu ekonomi dan tujuan utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan, sedangkan sociall entrepreneurship digerakkan oleh adanya masalah-masalah sosial dan tujuan utamanya adalah untuk memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.
Presentasi Materi oleh Goris Mustaqim, yang muda yang berkarya...very inspiring!
Presentasi materi dan tanya jawab selesai pada pukul 21.30. Quote yang beliau sampaikan pda akhir presentasi adalah “Jadilah perubahan yang kita inginkan di muka bumi ini”. Acara ditutup dengan pemberian plakat LPDP oleh Pak Kamiluddin selaku penanggung jawab PK-9 LPDP.

Senin, 21 April 2014

Hari ke-8 PK IX LPDP : Wejangan dari Bapak Jusuf Kalla utk Generasi Muda Indonesia

Pagi sekitar pukul 7.50 wib, kami sudah stand by di aula Wisma Makara. Seperti hari-hari sebelumnya, 10 menit sebelum materi indoor dimulai, selalu diawali dengan "Class Call" yang diiringi lagu-lagu tertentu. Lalu dilanjutkan dengan mengisi absen yang ditempel di dinding. Sembari diiringi lagu, kami bergerak untuk menempelkan icon smile di lembaran absen. Lagu habis, artinya Class Call selesai dan pintupun ditutup. Bagi yang datang telat, otomatis mendapat icon cemberut . Selama perjalanan materi indoor, aku baru mendapatkan satu icon cemberut...itupun sebenarnya telat tipis hehe...
Model Absen PK IX LPDP
Tanpa diduga, materi hari ini ternyata disi oleh salah seorang tokoh nasional yang sudah tidak asing lagi, yaitu Bapak M. Jusuf Kalla. Sementara untuk MC, khusus dihadirkan dari Jakarta. Seorang pria berkulit putih yang pernah menjadi pembaca berita di liputan 6 dan sekaligus jurnalis. Secara otomatis sosok ini merebut perhatian peserta terutama wanita hehehe....yaitu Alvito Deannova. Ok...kita fokus ke nasehat pak JK yaa :-D

Pak JK beserta jajaran direksi LPDP sedang menyanyikan lagu Indonesia Raya
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Semua yang hadir diruangan berdiri untuk memberikan penghormatan kepada lagu Kebangsaan ini. Khusyuk dan kental dengan semangat nasionalisme..itu yang dapat kami rasakan. Lalu Pak JK mulai naik ke podium untuk memyampaikan kuliah umum atau lebih tepatnya nasihat untuk kami.

Salah seorang teman kami 'Ertika Nanda' menjadi dirigen lagu Indonesia Raya
Diantara nasihat dari beliau adalah :
  • Yang membedakan negara maju dan tidak adalah semangat ingin maju & tingkat penguasaan teknologi dari rakyatnya.
  • Semangat ingin maju itu tidak pernah lelah,selalu ingin tahu dan dibarengi dengan ilmu agama beserta iptek agar tidak salah sasaran.
  • Leadership bukan berati harus menjadi pemimpin.Tiap kita memiliki jiwa leadership. Potensi ini harus terus diasah. Minimal kita mampu memimpin diri sendiri.
  • Indikator berhasil tidak pendidikan suatu bangsa  adalah dengan makin banyak paten teknologi (inovasi), tingkat enterpreneur dan tingkat produktivits SDM nya.

Pak JK dengan senyum khasnya, memberi nasihat kepada para peserta PK IX LPDP

Presenter Alvito Deannova berhasil memukau peserta wanita nih...hehe
Foto bersama Pak JK, semoga kami juga bisa menjadi pribadi yang super seperti Bapak


Selesai menyampaikan nasihat, acara lanjut ke sesi tanya jawab. Sudah bisa ditebak, banyak peserta yang begitu antusias untuk bertanya. Karena ini adalah kesempatan langka, maka kami harus memanfaatkannya. Tapi sayang disayang, MC Alvito tidak memberi kesempatan kepada beberapa peserta untuk bertanya termasuk aku :-( . Hal ini disebabkan oleh saking banyaknya peserta yang ingin bertanya, namun waktu sangat terbatas.

Materi berikutnya tidak kalah menarik. Disampaikan oleh seorang pakar sosiolog terkenal UI yaitu Bapak Imam B. Prasodjo dengan tema materi "Tanggung Jawab Kaum Terdidik dalam Membangun Kesejahteraaan Umum". Berikut poin-poin yang disampaikan oleh beliau :

  • Agar kaum intelek,dapat ikut berkontribusi dengan ilmu yg dimiliki untuk ksejahteraan umum. Ilmu yg dimiliki harus menjadi solusi,bkn menjadi masalah.
  • Menjadi orang jujur yang punya kapasitas. Kapasitas ditingkatkan,karakter dikuatkan. 
  • Membuat Island of Integrity, jangan sendirian,cari teman, bersatu, bahu mbahu membangun sistem yg bersih.Tidak sekedar teori, tapi praktik.
Penyampaian materi dari Pak Imam B.Prasodjo begitu bersemangat disertai contoh-contoh konkrit dari beliau, tidak sekedar teori dan tidak membuat ngantuk. Beliau juga menceritakan pengalaman-pengalaman beliau dilapangan, tentang bagaimana kontribusi yang beliau lakukan untuk membantu masyarakat di daerah terpencil (saya lupa nama daerahnya apa). Cara yang dilakukan adalah dengan ikut menyumbangkan dana yang saat itu memang yang dipegang oleh beliau adanya ya segitu. Namun dengan modal yang terbatas, akhirnya dapat dibeli alat pemotong kayu untuk memotong kayu-kayu hasil tebangan penduduk sekitar. Tujuannya agar kayu-kayu itu dapat dipakai untuk membangun rumah-rumah penduduk di desa tersebut. Masyarakat bergotong royong membangun rumah-rumah yang nantinya akan dipakai untuk mereka juga. Maka, jadilah beberapa deret rumah sederhana namun layak huni. Ternyata dengan keterbatasan yang ada, beliau mampu berfikir kreatif dan memanfaatkan potensi yang ada di dearah tersebut.

Ok. Untuk hari ke-8 ini, kami mendapatkan banyak inspirasi berharga dari tokoh-tokoh hebat. Semoga suatu saat kamipun bisa menjadi generasi yang hebat seperti beliau-beliau ini. Membangun karakter diri, moral, skill dan kapabilitas agar dapat berkontribusi untuk keluarga dan masyarakat yang lebih luas.

Senin, 14 April 2014

Hari ke-7 PK IX LPDP : Selamat tinggal Halim, Welcome to Makara (again)

Kembali napak tilas kegiatan PK-IX di hari ke-7, disela-sela menumpuknya tugas kuliah dan thesis yang mulai memanas hehe...
Oke, putar ulang memori ya..meski sudah agak lupa-lupa ingat, jadi saya akan mengambil sumber dari web http://lpdp9.org/2013/11/day-7-system-thinking/ supaya refresh lagi :-)

Hari terakhir di lanud Halim Perdanakusuma..dimulai dengan kegiatan olahraga pagi. Sama seperti kemarin, kami melakukan senam pagi terlebih dahulu lalu lanjut ke lari disekitar area perkemahan kami yakni Marshalling Area. Sambil menyanyikan lagu-lagu kebangsaan versi TNI-AU, kami lari memutari area MA sebanyak tiga kali. Selesai acara olahraga, kegiatan dilanjutkan dengan sarapan pagi. Menjelang siang, kami melakukan latihan baris-berbaris. Ditengah rintik hujan yang kian lama kian deras, membuat kami terpaksa harus menghentikan latihan. Sebenarnya setelah ini, kami akan melakukan lomba baris berbaris disekitar MA. Tapi dikarenakan cuaca tidak mendukung, maka lomba baris-berbaris dilakukan di hanggar Skadron 45. Yup..sekaligus kembali melihat pesawat-pesawat tempur yang gagah ituh...hehe
Latihan Baris-Berbaris di Komplek Marshalling Area

Hari Terakhir di Halim P, Selamat tinggal Halim...

Lomba baris-berbaris di Skadron 45 TNI AU
Latihan baris-berbaris di komplek MA begitu singkat. Namun hal ini tidak membuat semangat kami menjadi surut. Justru karena keterbatasan waktu, pengetahuan dan skill kami yang beragam tentang baris-berbaris menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk membuat peleton kami  menjadi kompak. Sikap disiplin dan kekompakan regu dapat dlihat disini. Jika ada satu saja yang salah, maka akan sangat terlihat oleh tim penilai. Singkat kata, keluarlah pemenang baris-berbaris dari peleton 4 yang dipimpin oleh teman kami, Fadly Irawan. Fadly juga terpilih sebagai komandan peleton terbaik. Ia mendapatkan hadiah sebuah kacamata pilot yang Wow..tampak keren! :-)  Setelah itu, acara dilanjutkan dengan apel penutupan latihan, yang diisi dengan dilepaskannya tanda pita merah di lengan kiri peserta. Dan, acara terakhir diisi dengan sesi foto bersama para pelatih dan pengisi materi di TNI AU.
Apel Penutupan Latihan di Hanggar Skadron 45
Sesi Foto Bersama Para Perwira TNI AU

Selamat tinggal lanud Halim...selamat tinggal bapak-bapak perwira TNI, dan terima kasih atas pendidikan yang diberikan selama dua hari kami di Halim. Kesan mendalam yang tinggal di lubuk hati kami, adalah...sikap nasionalisme dan cinta tanah air dapat kita lakukan, apapun peran kita. Jika para perwira TNI menggunakan senjata dan berbagai alutsista untuk menjaga ketahanan Negara RI, maka kami para generasi muda yang berkiprah didunia akademik, akan berusaha memajukan bangsa ini dari sisi pendidikan. InshaAllah. 

Sekitar pukul 12 siang, kami sampai di Wisma Makara. Tepat pukul 13.30, sesi materi ruangan akan kembali dimulai. Jeda waktu yang begitu singkat, membuat kami harus bergerak cepat. Untungnya latihan gerak cepat selama 2 hari di TNI, dapat membuat kami jadi lebih tau prioritas mana yang harus dilakukan. Sholat, makan, dan ganti baju tentunya hehe..

Materi siang ini adalah "Menjadi Indonesia di Negeri Orang” yang dibawakan oleh Ahmad Fuadi. Beliau adalah penulis buku trilogi Lima Menara. Bukunya begitu memotivasi kita untuk berani bermimpi dan bercita-cita menuntut ilmu sejauh-jauhnya, hingga keluar negeri. Meski dengan keterbatasan yang ada, tapi tidak membuat semangat dan cita-cita kita menjadi surut. Peluang beasiswa sudah sangat banyak. Dan kesempatan itu menjadi terbuka lebar bagi para generasi muda yang bersemangat untuk melanjutkan studinya ke luar. InshaAllah saya pun berniat untuk S3 di luar bersama suami dan keluarga..suatu saat nanti..aamiiin :-)
Foto Bersama Ahmad Fuadi Penulis Trilogi Lima Menara

Materi kedua, di isi oleh Bapak Shofwan Al Banna Choiruzzad. Dalam sesi ini, beliau membawakan materi tentang paradigma SDM Kompetitif dengan judul “Zaman Kesempatan: Mampukah Kita Memanfaatkannya?”. Dalam pemaparannya, beliau menunjukkan berbagai fakta dan data tentang kondisi Indonesia saat ini. Dari indikator-indikator yang disampaikan beliau, kami mendapatkan gambaran tentang mirisnya kondisi di negeri ini. Oleh karena itu, sudah saatnya kita memperbaiki diri untuk menciptakan perbaikan di Indonesia.
Sesi Materi Oleh Bapak Shofwan Al Banna Choiruzzad
Zaman kesempatan, akan muncul seiring dengan pertumbuhan kualitas dan kuantitas generasi muda. Sisi pendidikan menjadi sebuah parameter penting akan kemajuan negeri. Karena itu teman, mari kita bersemangat untuk maju. Menjadi pribadi sukses dibidang masing-masing. Bukan untuk menjadi paling hebat atau bangga-banggaan gelar. Seperti petuah bijak dari Steve Job "Stay Hungry, Stay Foolish. Jangan mudah merasa puas dengan apa yang sudah didapat. Tetaplah menjadi orang yang kurang puas akan ilmu, ingin terus mencari sesuatu yang baru. Zaman kesempatan dapat kita ambil, jika kita sudah siap. Untuk mengambil peluang itu harus dilakukan bersama. Kolaborasi dalam harmoni.

Sabtu, 05 April 2014

Hari ke-6 PK IX LPDP - Full Day at Halim Perdanakusuma

Hai bloggers, maaf ni karena postingannya selalu telat..janji ingin menuntaskan cerita PK-IX membuat diri ini memaksakan diri untuk menulis.Terus terang, kalau sudah diliputi berbagai aktivitas lain, kegiatan menulis ini jadi dinomorsekiankan..hehe..jadi postingan yang ada makin latepost deh :-D
Tapi rapopo yo..sing penting aku tetep nulis hehehe...

Ok, lanjut di hari ke-6 PK IX
Minggu, 23 Februari 2014...
Setelah semalam melakukan jurit malam, aku baru bisa benar-benar tidur sekitar pukul 3 dini hari. Fiuuh..apapun kondisi yang dirasakan pada saat itu, yang penting tubuh ini harus isitrahat, meski hanya dua jam. Demi keberlangsugan PK di hari-hari berikutnya..Semangaattt teman-teman!!

Aktivitas pagi, setelah sholat subuh...dimulai dengan senam dan lari pagi. Kami lari menuju lapangan udara Halim Perdanakusuma, mengelilingi beberapa skadron di lingkungan Lanud Halim Perdanakusuma. Cape lari pagi, dilanjutkan dengan sarapan di halaman Marshalling Area (MA) tempat barak-barak kami didirikan. Seperti biasa...makan masih menggunakan waktu, lima menit saja yaaa ..hehe.

Setelah mandi dan bersih-bersih, kami dikumpulkan kembali. Ternyata, hari ini kami akan melakukan outbond. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok lapangan. Ada beberapa permainan yang dilakukan yaitu lempar bola ke dalam keranjang, tranfer air dengan gelas air mineral, mengangkat dan memindahkan botol air dengan karpet besar secara beramai-ramai, simulasi menyebrangi sungai menggunakan alas kain, transfer tepung (bagian ini yang membuat kotor badan terutama jilbab ku huhuhu..), putaran roda daaan hulahoop. Masing-masing kelompok bermain secara bergiliran. Untuk membandingkan hasil, digunakan waktu. Jadi bagi kelompok yang dapat menyelesaikan permainan dengan waktu tercepat, merekalah yang jadi pemenang. Kelompokku menang di permainan mengangkat dan memindahkan botol dengan karpet besar...kami bisa menang karena kami berusaha untuk kompak dalam melangkah. Supaya kompak, kami berinisiatif menyanyikan sebuah lagu penyemangat. Alhasil, lagu potong bebek angsa lah yang dinyanyikan..hehehe...ntah gimana ceritanya kok bisa terpilih lagu itu..spontan saja sepertinya.
Salah satu game outbond : mengangkat botol air beramai-ramai

Salah satu game outbond : memindahkan air ke dalam gelas air

Hebohnya yel-yel salah satu kelompok outbond

Foto bersama dengan para perwira TNI-AU , setelah selesai outbond
Sekitar pukul 12 , outbond selesai. Kami makan siang masih dilokasi outbond. Setelah itu, dengan memakai kendaraan kebesaran yakni truk dan bis tentara-kami menuju ruang serbaguna skadron tehnik. Sesampai disana kami sholat Dhuhur dan Ashar yang di jamak qashar (berhubung jadwal aktifitas yang begitu padat dan dihitung waktu, jika telat akan kena sanksi). Selanjutnya kami mengkuti materi dari Letkol (Pnb) Jony “White Lion” Sumaryana. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi sebagian besar peserta pada saat itu. Sudah malamnya tidur hanya dua jam bahkan ada yang tidak bisa tidur, lanjut ke lari pagi plus outbond....daaan hasilnya adalah....banyak yang tepaar saudara-saudara. Rasa kantuk yang maha dahsyat menyerang kami. Disetiap sudut, terlihat wajah-wajah letih dan kuyu yang tertangkap kamera.. hehehe lagi-lagi paparazi mengintai. Beberapa dari kami harus ketoilet bolak balik hanya untuk cuci muka. Tapii...salut untuk para peserta, mereka berusaha untuk tetap fokus, bahkan di sesi tanya jawab, masih banyak yang antusias bertanya...Semangaaat Man Temaaan!!
Penyampaian materi sesudah outbond
Acara berikutnya adalah berkunjung ke Lanud Halim PK. Tujuan pertama kami disana adalah museum angkatan udara. Namun karena sesuatu dan lain hal kami tidak bisa langsung masuk. Perjalanan juga sempat terhenti sejenak karena ada rombongan RI1 yang lewat. Kami terpaksa berkeliling terlebih dahulu ke skadron-skadron udara seperti Skadron 17 untuk pesawat VIP, lalu skadron 31 untuk pesawat hercules, skadron 2 untuk pesawat angkut kapasitas sedang seperti CN 235, CN 239 dan skadron 45 untuk helicopter. Kami juga akhirnya bisa masuk museum, sebelum kembali ke pesawat-pesawat hercules yang diparkir di lanud. (paragraph dikutip dari http://lpdp9.org/2013/11/day-6-mental-model/ )
Kelompok Sakai Foto diDepan Museum Lanud Halim Perdanakusuma

Berkumpul di skadron 45 TNI-AU
Malamnya, kami memanfaatkan waktu untuk berlatih pentas seni. Persembahan dari tiap-tiap kelompok pada acara api unggun malam ini. Waktu begitu mefet...sehingga kami harus latihan secara kilat. Sebenarnya sudah dari beberapa hari yang lalu ditugaskan, tapi karena jadwal yang begitu padat dan tubuh yang letih, maka latihan pentas seni kami, baru bisa benar-benar fokus pada saat ini. Itu karena sudah mefet. Benar-benar terbukti, the "Power of Kepepet" nya hehehe...

Begitulah kegiatan kami seharian di hari ke-6 PK IX. Meski tubuh begitu lelah, tapi kami harus tetap berjuang...untuk menang. Ya, menang untuk mendapatkan tujuan kami (secara personal) untuk menjadi awardee LPDP, dan menang untuk membuktikan bahwa kami mampu untuk ditempa secara fisik dan mental di kegiatan PK ini. Selain itu, selama 6 hari ini, kami sudah mulai akrab ke sesama kelompok. Apalagi pembagian kelompok dilakukan beberapa kali.  Ada kelompok versi permanen (mulai dari awal hingga akhir PK), ada kelompok versi batalyon ketika kami lomba PBB (di hari ke-7), ada kelompok outbond, ada kelompok tenda, belum lagi di materi indoor, selalu ada game yang membuat kami untuk membentuk kelompok baru. Hikmah yang kami dapatkan adalah...kami dapat mengenal satu sama lain. Tidak hanya sekedar kenal dikelompok permanen, namun lebih luas. Dari  total 108 peserta, jika dari wajah akan kenal hampir seluruhnya, namun jika ditanya nama..mungkin harus mengingat-ingat kembali, setidaknya membuka album kenangan PK IX atau web  www.lpdp9.org .





Selasa, 25 Maret 2014

Hari ke-5 PK IX LPDP : Meninggalkan Baduy menuju Halim Perdanakusuma

Pagi-pagi  sekali kami sudah bersiap untuk meninggalkan kampung Marengo. Setelah pengalaman 2 hari 2 malam mengeksplorasi kampung Baduy membuat kami setidaknya dapat lebih memahami dan menghargai adat istiadat yang berlaku di kampung ini. Setidaknya kami berharap, agar suatu saat masyarakat disini mau lebih terbuka dengan pentingnya pendidikan tanpa harus mengubah jati diri adat budaya disini. Seperti yang ada didalam fikiran Kartini, tuan rumah tempat aku menginap, bahwa ia ingin agar suatu saat anaknya kelak bisa lebih beruntung dari dirinya, dapat mengenyam pendidikan lebih baik. Oleh karenanya, ia ingin anaknya dapat bersekolah layaknya anak-anak pada umumnya. Menurutku ini adalah suatu kemajuan pola pikir masyarakat Baduy saat ini. Ntah, ada berapa banyak Kartini  yang memendam keinginannya untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak.  Semoga..kelak bisa muncul anak-anak baduy yang mampu sekolah tinggi. Ketika selesai, ia akan pulang agar dapat membangun kampungnya. Memberikan pemahaman pola pikir yang lebih maju namun tetap menjaga kearifan lokal dan adat istiadat disana.

Menuju Halim Perdanakusuma. ..
Perjalanan terasa begitu panjang.  Rasa letih, pegal, ngantuk bercampur menjadi satu. Apalagi ketika mejelang ashar, kami baru sampai.  Segera  kami dikumpulkan di hangar pesawat skadron 45. Begitu melihat deretan pesawat tempur TNI-AU, mata kami melek seketika. Rasa kantuk hilang untuk sementara. Kami takjub, melihat pesawat-pesawat yang biasa dipakai para perwira TNI-AU untuk latihan terbang. Saat itu pula, kami langsung diinstruksikan untuk membuat barisan. Dengan dipimpin oleh salah seorang perwira, kamipun segera menyusun barisan layaknya prajurit yang akan bersiap latihan upacara. Benar saja, kami memang disiapkan untuk mengikuti upacara penyambutan sekaligus serah terima tanggung jawab kegiatan PK. Suasana seketika berubah menjadi segalanya serba cepat. Hingga makanpun ditentukan oleh waktu. Beruntung para bapak perwiranya baik-baik. Meski kami tidak dapat menghabiskan makanan dalam waktu 5 menit, tapi ujung-ujungnya tetap diberi tambahan waktu agar kami bisa menghabiskan makanan.

Setelah maghrib dan makan malam, kami langsung digiring ke ruangan yang jaraknya lumayan jauh dari barak. Sehingga kami harus naik mobil ala TNI (saya ga tau nama mobilnya apa ya hehe). Untuk mengikuti  kelas materi. Kali ini yang dibahas adalah "Tataran Dasar Bela Negara" yang disampaikan oleh Bapak Didi Djunaedi. Godaan yang sangat besar adalah rasa kantuk yang teramat berat. Zzz…ntah sudah berapa korban yang tertangkap kamera paparazi hehehe..Namun, pertanyaan tetap banyak. Berarti, para peserta masih cukup antusias mengikuti  materi disela-sela rasa letih akibat jadwal yang begitu padat. 

Selepas materi sekitar pukul 21 lewat, kami kembali ke barak. Barak disini adalah tenda-tenda yang sering dipakai para prajurit TNI-AU jika mereka harus bermalam disuatu tempat. Tidak ada wisma, tidak ada kasur empuk, apalagi kamar mandi pribadi. Semua serba bersama..termasuk tenda yang kami huni saat itu, ada sekitar 15 orang lebih. Total ada 5 tenda, 3 tenda wanita, 2 tenda pria. Tepat pukul 22.00 wib, kami diinstruksikan untuk tidur. Banyak yang langsung tepar tanpa harus ganti baju apalagi sikat gigi. Meski begitu, ada beberapa yang masih mencuri-curi waktu untuk sekedar sms atau telpon keluarga. Termasuk aku. Hehe…dan ups, ada sidak dari salah seorang perwira untuk kembali menegaskan agar kami segera tidur. Suaranya menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Oke Pak, kami tidur. Dan aku..tertidur dengan kondisi siap siaga.

Benar saja, tepat pukul 23.00 wib..terdengar suara sirine mengaum, memecah  keheningan malam. Kami yang masih dalam kondisi nyenyak terbangun seketika. Kaget bukan kepalang..seperti masih mimpi antara sadar dan tidak sadar. Untung saja aku masih dalam kondisi rapih. Tinggal ambil sepatu dibawah kasur, jadi deh. Beberapa detik kemudian setelah sirine berbunyi, ada instruksi untuk segera berkumpul  di lapangan. Dengan terhuyung-huyung para peserta berjalan ke luar tenda. Ada pula yang berlari. Sebagian besar kami masih belum sadar 100%. Rasa kantuk dan kaget jelas masih terlihat diwajah-wajah letih para peserta PK. Ternyata,…Oh my God…kami  baru tidur sejam, sudah harus dibangunkan untuk melakukan jurik malam.
Perjalanan jurik malam dilakukan perkelompok. Kami melewati pos-pos yang berada disemak-semak dan  pepohonan. Pada tiap-tiap pos terdapat pertanyaan yang harus kami jawab.  Suasana menjadi lebih dramatis ketika langit mulai mendung. Gelap, becek, dingin, belum lagi kondisi tubuh yang begitu lelah dan ngantuk. Semua bercampur jadi satu. Berakumulasi menjadi rasa ngantuk dan sakit kepala.  Kami berjalan dari pos ke pos dengan hanya berbekal sebuah senter. Perlu diingat, jika instruksi mengatakan bawa satu senter saja, maka jangan coba-coba untuk membawa lebih, meski dg alasan untuk cadangan. Karena, jika ketahuan, maka kita akan diberi  ceramah panjang lebar di pos bayangan, akibatnya, perjalanan menuju pos akhir menjadi lebih lama. Dan itu terjadi di kelompokku…hehe

Tepat di pos akhir, langit tidak dapat menahan dirinya. Seketika itu pula hujan turun dengan lebatnya bak tercurah dari langit. Kami segera berjalan menuju barak. Jaraknya lumayan jauh..jaket yang kupakai untuk menahan agar tubuh tidak basah akhirnya menjadi tembus , ikut basah. Malam ini, kami tidur dibarak ditemani tetesan hujan dan tubuh yang letih, mengigil kedinginan.  Namun karena rasa kantuk yang luar biasa, akhirnya aku bisa tertidur juga meski hanya  kurang lebih dua jam.  Hari ini, pengalaman yang dapat kami ambil adalah merasakan bagaimana kehidupan keras ala militer. Semua serba  disiplin dan gerak cepat. Awalnya aku sempat shock dengan budaya militer disini. Apa-apa harus dikerjakan cepat dan tepat waktu.  Tapi setidaknya, memberi  kami pengalaman berharga untuk lebih pintar mengatur waktu dan prioritas kegiatan.

Sabtu, 15 Maret 2014

Hari ke-4 PK-9 LPDP : Berburu berita di Kampung Baduy (Seri Citizen Journalism)

Mentari  pagi sudah mengintip di celah-celah bilik rumah baduy tempat kami bermalam. Rumah ini adalah salah satu dari delapan rumah (khusus putri) yang kami tempati hingga hari terakhir kami di Baduy. Untuk yang pria, ada enam rumah. Oia, aku tinggal di rumah no.6. Rumah ini dihuni oleh seorang ibu yang masih sangat belia dan cantik dengan satu orang anak usia sekitar 2 thn.  Nama ibu muda itu adalah Kartini. Semenjak kami datang, ia hanya menampakkan diri sesekali. Selebihnya, Kartini  selalu bersama anaknya, bercengkrama  di ruang tengah yang bergabung dengan dapur. Sementara kami, berada di ruang depan . Ruangan ini pula yang menjadi tempat kami tidur .
Suasana Pagi di Kampung Gazebo
Setelah selesai sarapan, kami ber-7 yang berada di rumah no.6 mulai menyebar ke kelompok masing-masing. Aku berdiskusi singkat dengan teman-teman kelompok Sakai. Akhirnya kami sepakat membagi  11 orang diantara kami menjadi  5 tim. Masing-masing tim  bertugas mencari info sebanyak-banyaknya , mengenai kebiasaan sehari-hari suku baduy luar, sumber mata pencaharian mereka, adat-istiadat yang berlaku beserta hal-hal unik lainnya. Nantinya info-info tersebut akan menjadi  bahan referensi kami untuk membuat Citizen Journalism.

Awalnya kami sempat bingung, bagaimana kami bisa menggali info jika kami tidak bisa berkomunikasi secara lancar dengan masyarakat baduy. Sehari-hari, suku baduy berkomunikasi dengan bahasa sunda kasar. Aku, meski memiliki darah sunda, tapi bukan berarti bisa berbahasa sunda. Itulah satu hal yang kusesalkan. Karena, semenjak kecil bahasa yang diajarkan orang tua adalah Indonesia. Namun, aku dan mr.Bin (Muqrobin) partner aku meliput berita, tidak lah putus asa. Kami mencari seorang guide yang dapat kami jadikan pemandu jalan sekaligus penterjemah. Alhamdulillah, akhirnya  dapat juga seorang guide seumuran adik bungsuku. Namanya Asep, usia 17 th.  Dengan lincah, Asep menunjukkan jalan-jalan setapak menuju tempat-tempat yang cukup jauh dari perkampungan baduy tempat kami tinggal. 

Setelah menempuh perjalanan setapak, naik turun, menyeberangi sungai, sampailah kami disebuah rumah seorang penduduk. Disana terdapat seorang gadis belasan tahun yang akhirnya aku kenal dengan nama Tini (Ini adalah nama Tini yang ke-2 setelah nama Kartini yang berada di rumah tempat aku menginap). Usianya baru saja menginjak 15 th. Namun ia sudah menikah. Suaminya pada saat itu sedang berada dirumah. Sambil menemani sang istri menenun. Kamipun segera membuka pembicaraan, tentunya diawali oleh Asep sebagai perantara komunikasi kami. Thanks ya Asep :-)

Kegiatan sehari-hari  sebagian besar wanita baduy adalah menenun.Sementara kaum pria lebih sering ke ladang. Namun kali ini, tugas kami adalah meliput tentang kain tenun.  Kain yang ditenun menggunakan alat tenun tradisional dari kayu. Nantinya akan dijual dengan harga bervariasi, tergantung besar kecil kain yang dibuat. Untuk ukuran sedang, harganya mencapai Rp. 30-35rb. Sedangkan ukuran besar, seperti kain sarung, harganya bisa mencapai 100-120rb. Aku terkesan dengan ketekunan mereka merangkai helai demi helai benang sehingga berpadu menjadi sebuah kain.  Dibutuhkan kurang lebih 4 hari untuk membuiat sebuah kain tenun bentuk selendang  ukuran sedang.
Wanita Baduy Sedang Menenun
Tini Sedang Menenun Diteras Rumahnya
Puas dengan info tentang kain tenun, kamipun sedikit mengulik tentang  adat istiadat di sini. Ketika kami bertanya kepada Asep dan Suami dari mba Tini, mengapa disini tidak ada sekolah? Jawaban mereka adalah karena memang ada aturan adat dalam bentuk larangan untuk tidak boleh mendirikan sekolah. Selain itu, listrikpun tidak boleh masuk. Lalu, anak-anak baduy lebih sering  belajar membaca dan menulis dari orang tua mereka. Atau ada juga yang otodidak. Jika rajin keluar desa (turun gunung), dan berinteraksi dengan orang luar, maka biasanya bahasa Indonesia mereka menjadi lancar. Seperti Asep, bahasa Indonesianya lebih bagus daripada Tini dan suaminya. Itu karena Asep sering keluar desa untuk berinteraksi dengan orang-orang Banten atau pendatang yang bukan dari suku baduy. Oh ya, ada satu lagi, untuk masalah perkawinan. Para pemuda/i  suku baduy, hanya diperbolehkan menikah dengan sesama suku . Jika ada yang menikah dengan suku lain, maka ia akan dikeluarkan dari kampung baduy.
Kang Asep dan Mas Obin Berjalan Mendaki
Selanjutnya, Asep mengajak kami ke tempat salah seorang temannya. Ia bernama Hanif. Selisih usia mereka tidak berbeda jauh  Hanif lebih tua 1 th dari Asep. Kegiatan sehari-hari Hanif adalah membuat gula aren. Ketika kami sampai dilokasi pembuatan gula aren, tampak Hanif sedang mengaduk-aduk adonan air yang berasal dari pohon nira yang disadap. Tungku api yang berada didalam sebuah gubuk, menjadi satu-satunya penerang ruangan. Kami sempat mencicipi air nira yang masih berada di kuali tersebut. Ketika kami merasakan air nya, rasa hangat menjalar ke tenggorokan kami. Aroma sangit kayu bakar ditambah manis gurih bakal gula aren membuat kami menjadi ketagihan. Ups, tapi kami malu untuk meminta lagi hehe.
Untuk membuat gula aren, dibutuhkan proses pematangan air nira selama lebih kurang 4 jam. Setelah itu, barulah adonan dituangkan ke cetakan yang terbuat dari kayu panjang. Bagian tengahnya  memiliki beberapa bentuk setengah lingkaran sebesar batok kelapa. Persis seperti bentuk gula aren yang sudah jadi. Dalam sehari, Hanif mampu membuat 15-30 buah gula aren.  Untuk harga jual, Hanif mematok harga hanya 4 rb perbungkus. 

Setelah puas dengan penjelasan gula aren. Kamipun mengalihkan topik pembicaraan. Pertanyaan yang sama untuk masalah pendidikan. Dan jawaban yang sama pula yang kami dapatkan. Akhirnya, kami sampai  di sebuah kesimpulan bahwa..untuk menjaga kemurnian adat istiadat dan keasrian alam, maka suku baduy menerapkan prinsip isolasi diri. Tidak menerima adanya listrik, bangunan sekolah maupun  pendidikan resmi , dan segala kemajuan peradaban dalam bentuk barang –barang modern. Terlebih suku baduy dalam. Mereka lebih ketat menerapkan larangan-larangan tersebut. Dimana jika larangan-larangan itu ditulis, maka akan menjadi sebuah buku khusus mengenai aturan-aturan suku baduy dalam. 

Ah, terlalu banyak yang ingin diceritakan mengenai keunikan suku ini. Namun satu hal yang dapat kami garis bawahi, bahwa suku baduy mampu hidup dalam kesederhanaan, kemandirian, menyatu dengan alam,  selalu menjaga keseimbangan antara kehidupan mereka dengan alam . Kami mengenalnya dengan istilah kearifan lokal.  Hidup tidak dengan banyak menuntut. Sehingga jauh dari sifat tamak, serakah layaknya kebanyakan manusia modern saat ini.  Sehingga alampun ramah terhadap mereka. Dan merekapun bersahabat dengan alam. Bagiku, biarlah suku-suku pedalaman ini berkembang dengan ciri khas mereka masing-masing. Agar kelak, bisa menjadi cermin untuk generasi mendatang dalam menyikapi kehidupan dan alam sekitarnya. Karena suku-suku pedalaman inilah yang menjadi salah satu aset kekayaan budaya dan keunikan bangsa Indonesia.