Selasa, 25 Maret 2014

Hari ke-5 PK IX LPDP : Meninggalkan Baduy menuju Halim Perdanakusuma

Pagi-pagi  sekali kami sudah bersiap untuk meninggalkan kampung Marengo. Setelah pengalaman 2 hari 2 malam mengeksplorasi kampung Baduy membuat kami setidaknya dapat lebih memahami dan menghargai adat istiadat yang berlaku di kampung ini. Setidaknya kami berharap, agar suatu saat masyarakat disini mau lebih terbuka dengan pentingnya pendidikan tanpa harus mengubah jati diri adat budaya disini. Seperti yang ada didalam fikiran Kartini, tuan rumah tempat aku menginap, bahwa ia ingin agar suatu saat anaknya kelak bisa lebih beruntung dari dirinya, dapat mengenyam pendidikan lebih baik. Oleh karenanya, ia ingin anaknya dapat bersekolah layaknya anak-anak pada umumnya. Menurutku ini adalah suatu kemajuan pola pikir masyarakat Baduy saat ini. Ntah, ada berapa banyak Kartini  yang memendam keinginannya untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak.  Semoga..kelak bisa muncul anak-anak baduy yang mampu sekolah tinggi. Ketika selesai, ia akan pulang agar dapat membangun kampungnya. Memberikan pemahaman pola pikir yang lebih maju namun tetap menjaga kearifan lokal dan adat istiadat disana.

Menuju Halim Perdanakusuma. ..
Perjalanan terasa begitu panjang.  Rasa letih, pegal, ngantuk bercampur menjadi satu. Apalagi ketika mejelang ashar, kami baru sampai.  Segera  kami dikumpulkan di hangar pesawat skadron 45. Begitu melihat deretan pesawat tempur TNI-AU, mata kami melek seketika. Rasa kantuk hilang untuk sementara. Kami takjub, melihat pesawat-pesawat yang biasa dipakai para perwira TNI-AU untuk latihan terbang. Saat itu pula, kami langsung diinstruksikan untuk membuat barisan. Dengan dipimpin oleh salah seorang perwira, kamipun segera menyusun barisan layaknya prajurit yang akan bersiap latihan upacara. Benar saja, kami memang disiapkan untuk mengikuti upacara penyambutan sekaligus serah terima tanggung jawab kegiatan PK. Suasana seketika berubah menjadi segalanya serba cepat. Hingga makanpun ditentukan oleh waktu. Beruntung para bapak perwiranya baik-baik. Meski kami tidak dapat menghabiskan makanan dalam waktu 5 menit, tapi ujung-ujungnya tetap diberi tambahan waktu agar kami bisa menghabiskan makanan.

Setelah maghrib dan makan malam, kami langsung digiring ke ruangan yang jaraknya lumayan jauh dari barak. Sehingga kami harus naik mobil ala TNI (saya ga tau nama mobilnya apa ya hehe). Untuk mengikuti  kelas materi. Kali ini yang dibahas adalah "Tataran Dasar Bela Negara" yang disampaikan oleh Bapak Didi Djunaedi. Godaan yang sangat besar adalah rasa kantuk yang teramat berat. Zzz…ntah sudah berapa korban yang tertangkap kamera paparazi hehehe..Namun, pertanyaan tetap banyak. Berarti, para peserta masih cukup antusias mengikuti  materi disela-sela rasa letih akibat jadwal yang begitu padat. 

Selepas materi sekitar pukul 21 lewat, kami kembali ke barak. Barak disini adalah tenda-tenda yang sering dipakai para prajurit TNI-AU jika mereka harus bermalam disuatu tempat. Tidak ada wisma, tidak ada kasur empuk, apalagi kamar mandi pribadi. Semua serba bersama..termasuk tenda yang kami huni saat itu, ada sekitar 15 orang lebih. Total ada 5 tenda, 3 tenda wanita, 2 tenda pria. Tepat pukul 22.00 wib, kami diinstruksikan untuk tidur. Banyak yang langsung tepar tanpa harus ganti baju apalagi sikat gigi. Meski begitu, ada beberapa yang masih mencuri-curi waktu untuk sekedar sms atau telpon keluarga. Termasuk aku. Hehe…dan ups, ada sidak dari salah seorang perwira untuk kembali menegaskan agar kami segera tidur. Suaranya menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Oke Pak, kami tidur. Dan aku..tertidur dengan kondisi siap siaga.

Benar saja, tepat pukul 23.00 wib..terdengar suara sirine mengaum, memecah  keheningan malam. Kami yang masih dalam kondisi nyenyak terbangun seketika. Kaget bukan kepalang..seperti masih mimpi antara sadar dan tidak sadar. Untung saja aku masih dalam kondisi rapih. Tinggal ambil sepatu dibawah kasur, jadi deh. Beberapa detik kemudian setelah sirine berbunyi, ada instruksi untuk segera berkumpul  di lapangan. Dengan terhuyung-huyung para peserta berjalan ke luar tenda. Ada pula yang berlari. Sebagian besar kami masih belum sadar 100%. Rasa kantuk dan kaget jelas masih terlihat diwajah-wajah letih para peserta PK. Ternyata,…Oh my God…kami  baru tidur sejam, sudah harus dibangunkan untuk melakukan jurik malam.
Perjalanan jurik malam dilakukan perkelompok. Kami melewati pos-pos yang berada disemak-semak dan  pepohonan. Pada tiap-tiap pos terdapat pertanyaan yang harus kami jawab.  Suasana menjadi lebih dramatis ketika langit mulai mendung. Gelap, becek, dingin, belum lagi kondisi tubuh yang begitu lelah dan ngantuk. Semua bercampur jadi satu. Berakumulasi menjadi rasa ngantuk dan sakit kepala.  Kami berjalan dari pos ke pos dengan hanya berbekal sebuah senter. Perlu diingat, jika instruksi mengatakan bawa satu senter saja, maka jangan coba-coba untuk membawa lebih, meski dg alasan untuk cadangan. Karena, jika ketahuan, maka kita akan diberi  ceramah panjang lebar di pos bayangan, akibatnya, perjalanan menuju pos akhir menjadi lebih lama. Dan itu terjadi di kelompokku…hehe

Tepat di pos akhir, langit tidak dapat menahan dirinya. Seketika itu pula hujan turun dengan lebatnya bak tercurah dari langit. Kami segera berjalan menuju barak. Jaraknya lumayan jauh..jaket yang kupakai untuk menahan agar tubuh tidak basah akhirnya menjadi tembus , ikut basah. Malam ini, kami tidur dibarak ditemani tetesan hujan dan tubuh yang letih, mengigil kedinginan.  Namun karena rasa kantuk yang luar biasa, akhirnya aku bisa tertidur juga meski hanya  kurang lebih dua jam.  Hari ini, pengalaman yang dapat kami ambil adalah merasakan bagaimana kehidupan keras ala militer. Semua serba  disiplin dan gerak cepat. Awalnya aku sempat shock dengan budaya militer disini. Apa-apa harus dikerjakan cepat dan tepat waktu.  Tapi setidaknya, memberi  kami pengalaman berharga untuk lebih pintar mengatur waktu dan prioritas kegiatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar