Selasa, 25 Maret 2014

Hari ke-5 PK IX LPDP : Meninggalkan Baduy menuju Halim Perdanakusuma

Pagi-pagi  sekali kami sudah bersiap untuk meninggalkan kampung Marengo. Setelah pengalaman 2 hari 2 malam mengeksplorasi kampung Baduy membuat kami setidaknya dapat lebih memahami dan menghargai adat istiadat yang berlaku di kampung ini. Setidaknya kami berharap, agar suatu saat masyarakat disini mau lebih terbuka dengan pentingnya pendidikan tanpa harus mengubah jati diri adat budaya disini. Seperti yang ada didalam fikiran Kartini, tuan rumah tempat aku menginap, bahwa ia ingin agar suatu saat anaknya kelak bisa lebih beruntung dari dirinya, dapat mengenyam pendidikan lebih baik. Oleh karenanya, ia ingin anaknya dapat bersekolah layaknya anak-anak pada umumnya. Menurutku ini adalah suatu kemajuan pola pikir masyarakat Baduy saat ini. Ntah, ada berapa banyak Kartini  yang memendam keinginannya untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak.  Semoga..kelak bisa muncul anak-anak baduy yang mampu sekolah tinggi. Ketika selesai, ia akan pulang agar dapat membangun kampungnya. Memberikan pemahaman pola pikir yang lebih maju namun tetap menjaga kearifan lokal dan adat istiadat disana.

Menuju Halim Perdanakusuma. ..
Perjalanan terasa begitu panjang.  Rasa letih, pegal, ngantuk bercampur menjadi satu. Apalagi ketika mejelang ashar, kami baru sampai.  Segera  kami dikumpulkan di hangar pesawat skadron 45. Begitu melihat deretan pesawat tempur TNI-AU, mata kami melek seketika. Rasa kantuk hilang untuk sementara. Kami takjub, melihat pesawat-pesawat yang biasa dipakai para perwira TNI-AU untuk latihan terbang. Saat itu pula, kami langsung diinstruksikan untuk membuat barisan. Dengan dipimpin oleh salah seorang perwira, kamipun segera menyusun barisan layaknya prajurit yang akan bersiap latihan upacara. Benar saja, kami memang disiapkan untuk mengikuti upacara penyambutan sekaligus serah terima tanggung jawab kegiatan PK. Suasana seketika berubah menjadi segalanya serba cepat. Hingga makanpun ditentukan oleh waktu. Beruntung para bapak perwiranya baik-baik. Meski kami tidak dapat menghabiskan makanan dalam waktu 5 menit, tapi ujung-ujungnya tetap diberi tambahan waktu agar kami bisa menghabiskan makanan.

Setelah maghrib dan makan malam, kami langsung digiring ke ruangan yang jaraknya lumayan jauh dari barak. Sehingga kami harus naik mobil ala TNI (saya ga tau nama mobilnya apa ya hehe). Untuk mengikuti  kelas materi. Kali ini yang dibahas adalah "Tataran Dasar Bela Negara" yang disampaikan oleh Bapak Didi Djunaedi. Godaan yang sangat besar adalah rasa kantuk yang teramat berat. Zzz…ntah sudah berapa korban yang tertangkap kamera paparazi hehehe..Namun, pertanyaan tetap banyak. Berarti, para peserta masih cukup antusias mengikuti  materi disela-sela rasa letih akibat jadwal yang begitu padat. 

Selepas materi sekitar pukul 21 lewat, kami kembali ke barak. Barak disini adalah tenda-tenda yang sering dipakai para prajurit TNI-AU jika mereka harus bermalam disuatu tempat. Tidak ada wisma, tidak ada kasur empuk, apalagi kamar mandi pribadi. Semua serba bersama..termasuk tenda yang kami huni saat itu, ada sekitar 15 orang lebih. Total ada 5 tenda, 3 tenda wanita, 2 tenda pria. Tepat pukul 22.00 wib, kami diinstruksikan untuk tidur. Banyak yang langsung tepar tanpa harus ganti baju apalagi sikat gigi. Meski begitu, ada beberapa yang masih mencuri-curi waktu untuk sekedar sms atau telpon keluarga. Termasuk aku. Hehe…dan ups, ada sidak dari salah seorang perwira untuk kembali menegaskan agar kami segera tidur. Suaranya menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Oke Pak, kami tidur. Dan aku..tertidur dengan kondisi siap siaga.

Benar saja, tepat pukul 23.00 wib..terdengar suara sirine mengaum, memecah  keheningan malam. Kami yang masih dalam kondisi nyenyak terbangun seketika. Kaget bukan kepalang..seperti masih mimpi antara sadar dan tidak sadar. Untung saja aku masih dalam kondisi rapih. Tinggal ambil sepatu dibawah kasur, jadi deh. Beberapa detik kemudian setelah sirine berbunyi, ada instruksi untuk segera berkumpul  di lapangan. Dengan terhuyung-huyung para peserta berjalan ke luar tenda. Ada pula yang berlari. Sebagian besar kami masih belum sadar 100%. Rasa kantuk dan kaget jelas masih terlihat diwajah-wajah letih para peserta PK. Ternyata,…Oh my God…kami  baru tidur sejam, sudah harus dibangunkan untuk melakukan jurik malam.
Perjalanan jurik malam dilakukan perkelompok. Kami melewati pos-pos yang berada disemak-semak dan  pepohonan. Pada tiap-tiap pos terdapat pertanyaan yang harus kami jawab.  Suasana menjadi lebih dramatis ketika langit mulai mendung. Gelap, becek, dingin, belum lagi kondisi tubuh yang begitu lelah dan ngantuk. Semua bercampur jadi satu. Berakumulasi menjadi rasa ngantuk dan sakit kepala.  Kami berjalan dari pos ke pos dengan hanya berbekal sebuah senter. Perlu diingat, jika instruksi mengatakan bawa satu senter saja, maka jangan coba-coba untuk membawa lebih, meski dg alasan untuk cadangan. Karena, jika ketahuan, maka kita akan diberi  ceramah panjang lebar di pos bayangan, akibatnya, perjalanan menuju pos akhir menjadi lebih lama. Dan itu terjadi di kelompokku…hehe

Tepat di pos akhir, langit tidak dapat menahan dirinya. Seketika itu pula hujan turun dengan lebatnya bak tercurah dari langit. Kami segera berjalan menuju barak. Jaraknya lumayan jauh..jaket yang kupakai untuk menahan agar tubuh tidak basah akhirnya menjadi tembus , ikut basah. Malam ini, kami tidur dibarak ditemani tetesan hujan dan tubuh yang letih, mengigil kedinginan.  Namun karena rasa kantuk yang luar biasa, akhirnya aku bisa tertidur juga meski hanya  kurang lebih dua jam.  Hari ini, pengalaman yang dapat kami ambil adalah merasakan bagaimana kehidupan keras ala militer. Semua serba  disiplin dan gerak cepat. Awalnya aku sempat shock dengan budaya militer disini. Apa-apa harus dikerjakan cepat dan tepat waktu.  Tapi setidaknya, memberi  kami pengalaman berharga untuk lebih pintar mengatur waktu dan prioritas kegiatan.

Sabtu, 15 Maret 2014

Hari ke-4 PK-9 LPDP : Berburu berita di Kampung Baduy (Seri Citizen Journalism)

Mentari  pagi sudah mengintip di celah-celah bilik rumah baduy tempat kami bermalam. Rumah ini adalah salah satu dari delapan rumah (khusus putri) yang kami tempati hingga hari terakhir kami di Baduy. Untuk yang pria, ada enam rumah. Oia, aku tinggal di rumah no.6. Rumah ini dihuni oleh seorang ibu yang masih sangat belia dan cantik dengan satu orang anak usia sekitar 2 thn.  Nama ibu muda itu adalah Kartini. Semenjak kami datang, ia hanya menampakkan diri sesekali. Selebihnya, Kartini  selalu bersama anaknya, bercengkrama  di ruang tengah yang bergabung dengan dapur. Sementara kami, berada di ruang depan . Ruangan ini pula yang menjadi tempat kami tidur .
Suasana Pagi di Kampung Gazebo
Setelah selesai sarapan, kami ber-7 yang berada di rumah no.6 mulai menyebar ke kelompok masing-masing. Aku berdiskusi singkat dengan teman-teman kelompok Sakai. Akhirnya kami sepakat membagi  11 orang diantara kami menjadi  5 tim. Masing-masing tim  bertugas mencari info sebanyak-banyaknya , mengenai kebiasaan sehari-hari suku baduy luar, sumber mata pencaharian mereka, adat-istiadat yang berlaku beserta hal-hal unik lainnya. Nantinya info-info tersebut akan menjadi  bahan referensi kami untuk membuat Citizen Journalism.

Awalnya kami sempat bingung, bagaimana kami bisa menggali info jika kami tidak bisa berkomunikasi secara lancar dengan masyarakat baduy. Sehari-hari, suku baduy berkomunikasi dengan bahasa sunda kasar. Aku, meski memiliki darah sunda, tapi bukan berarti bisa berbahasa sunda. Itulah satu hal yang kusesalkan. Karena, semenjak kecil bahasa yang diajarkan orang tua adalah Indonesia. Namun, aku dan mr.Bin (Muqrobin) partner aku meliput berita, tidak lah putus asa. Kami mencari seorang guide yang dapat kami jadikan pemandu jalan sekaligus penterjemah. Alhamdulillah, akhirnya  dapat juga seorang guide seumuran adik bungsuku. Namanya Asep, usia 17 th.  Dengan lincah, Asep menunjukkan jalan-jalan setapak menuju tempat-tempat yang cukup jauh dari perkampungan baduy tempat kami tinggal. 

Setelah menempuh perjalanan setapak, naik turun, menyeberangi sungai, sampailah kami disebuah rumah seorang penduduk. Disana terdapat seorang gadis belasan tahun yang akhirnya aku kenal dengan nama Tini (Ini adalah nama Tini yang ke-2 setelah nama Kartini yang berada di rumah tempat aku menginap). Usianya baru saja menginjak 15 th. Namun ia sudah menikah. Suaminya pada saat itu sedang berada dirumah. Sambil menemani sang istri menenun. Kamipun segera membuka pembicaraan, tentunya diawali oleh Asep sebagai perantara komunikasi kami. Thanks ya Asep :-)

Kegiatan sehari-hari  sebagian besar wanita baduy adalah menenun.Sementara kaum pria lebih sering ke ladang. Namun kali ini, tugas kami adalah meliput tentang kain tenun.  Kain yang ditenun menggunakan alat tenun tradisional dari kayu. Nantinya akan dijual dengan harga bervariasi, tergantung besar kecil kain yang dibuat. Untuk ukuran sedang, harganya mencapai Rp. 30-35rb. Sedangkan ukuran besar, seperti kain sarung, harganya bisa mencapai 100-120rb. Aku terkesan dengan ketekunan mereka merangkai helai demi helai benang sehingga berpadu menjadi sebuah kain.  Dibutuhkan kurang lebih 4 hari untuk membuiat sebuah kain tenun bentuk selendang  ukuran sedang.
Wanita Baduy Sedang Menenun
Tini Sedang Menenun Diteras Rumahnya
Puas dengan info tentang kain tenun, kamipun sedikit mengulik tentang  adat istiadat di sini. Ketika kami bertanya kepada Asep dan Suami dari mba Tini, mengapa disini tidak ada sekolah? Jawaban mereka adalah karena memang ada aturan adat dalam bentuk larangan untuk tidak boleh mendirikan sekolah. Selain itu, listrikpun tidak boleh masuk. Lalu, anak-anak baduy lebih sering  belajar membaca dan menulis dari orang tua mereka. Atau ada juga yang otodidak. Jika rajin keluar desa (turun gunung), dan berinteraksi dengan orang luar, maka biasanya bahasa Indonesia mereka menjadi lancar. Seperti Asep, bahasa Indonesianya lebih bagus daripada Tini dan suaminya. Itu karena Asep sering keluar desa untuk berinteraksi dengan orang-orang Banten atau pendatang yang bukan dari suku baduy. Oh ya, ada satu lagi, untuk masalah perkawinan. Para pemuda/i  suku baduy, hanya diperbolehkan menikah dengan sesama suku . Jika ada yang menikah dengan suku lain, maka ia akan dikeluarkan dari kampung baduy.
Kang Asep dan Mas Obin Berjalan Mendaki
Selanjutnya, Asep mengajak kami ke tempat salah seorang temannya. Ia bernama Hanif. Selisih usia mereka tidak berbeda jauh  Hanif lebih tua 1 th dari Asep. Kegiatan sehari-hari Hanif adalah membuat gula aren. Ketika kami sampai dilokasi pembuatan gula aren, tampak Hanif sedang mengaduk-aduk adonan air yang berasal dari pohon nira yang disadap. Tungku api yang berada didalam sebuah gubuk, menjadi satu-satunya penerang ruangan. Kami sempat mencicipi air nira yang masih berada di kuali tersebut. Ketika kami merasakan air nya, rasa hangat menjalar ke tenggorokan kami. Aroma sangit kayu bakar ditambah manis gurih bakal gula aren membuat kami menjadi ketagihan. Ups, tapi kami malu untuk meminta lagi hehe.
Untuk membuat gula aren, dibutuhkan proses pematangan air nira selama lebih kurang 4 jam. Setelah itu, barulah adonan dituangkan ke cetakan yang terbuat dari kayu panjang. Bagian tengahnya  memiliki beberapa bentuk setengah lingkaran sebesar batok kelapa. Persis seperti bentuk gula aren yang sudah jadi. Dalam sehari, Hanif mampu membuat 15-30 buah gula aren.  Untuk harga jual, Hanif mematok harga hanya 4 rb perbungkus. 

Setelah puas dengan penjelasan gula aren. Kamipun mengalihkan topik pembicaraan. Pertanyaan yang sama untuk masalah pendidikan. Dan jawaban yang sama pula yang kami dapatkan. Akhirnya, kami sampai  di sebuah kesimpulan bahwa..untuk menjaga kemurnian adat istiadat dan keasrian alam, maka suku baduy menerapkan prinsip isolasi diri. Tidak menerima adanya listrik, bangunan sekolah maupun  pendidikan resmi , dan segala kemajuan peradaban dalam bentuk barang –barang modern. Terlebih suku baduy dalam. Mereka lebih ketat menerapkan larangan-larangan tersebut. Dimana jika larangan-larangan itu ditulis, maka akan menjadi sebuah buku khusus mengenai aturan-aturan suku baduy dalam. 

Ah, terlalu banyak yang ingin diceritakan mengenai keunikan suku ini. Namun satu hal yang dapat kami garis bawahi, bahwa suku baduy mampu hidup dalam kesederhanaan, kemandirian, menyatu dengan alam,  selalu menjaga keseimbangan antara kehidupan mereka dengan alam . Kami mengenalnya dengan istilah kearifan lokal.  Hidup tidak dengan banyak menuntut. Sehingga jauh dari sifat tamak, serakah layaknya kebanyakan manusia modern saat ini.  Sehingga alampun ramah terhadap mereka. Dan merekapun bersahabat dengan alam. Bagiku, biarlah suku-suku pedalaman ini berkembang dengan ciri khas mereka masing-masing. Agar kelak, bisa menjadi cermin untuk generasi mendatang dalam menyikapi kehidupan dan alam sekitarnya. Karena suku-suku pedalaman inilah yang menjadi salah satu aset kekayaan budaya dan keunikan bangsa Indonesia.

Senin, 10 Maret 2014

Hari ke 3 PK-9 : Berpetualang di Kampung Baduy

Kamis, 20 Februari 2014

Sedari subuh, kami sudah bangun dan bersiap-siap untuk naik bis. Jam 7 pagi harus sudah check out. Barang yang ditinggal, dikumpulkan dalam sebuah ruangan. Yap, hari ini kami akan memulai sebuah perjalanan yang nantinya akan menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan. Yaitu perjalanan menuju kampung baduy. Namun sebelumnya, pagi ini kami harus mengikuti test Psikotes yang merupakan salah satu bentuk assessment dalam PK IX. Ada dua jenis tes yang harus dijalani yaitu “Papi Kostik Test” dan MSDT. Tes Papi Kostik dipakai untuk mengukur peran dan kebutuhan individu dalam kaitannya dengan situasi kerja. Sementara MSDT (Management Style Diagnostic Test) merupakan indikator kepribadian yang berorientasi di kepemimpinan ataupun bidang manajerial. Tes ini mengintegrasikan orientasi khusus, yakni task oriented, relationship oriented, dan effectiveness oriented.

Sekitar pukul 09.00 wib, kami selesai melakukan psiksotest. Setelah itu kami bersiap-siap menuju bus yang sudah parkir di halaman depan wisma. Kami menggunakan 3 bus dan 1 mobil elf. Perjalanan menuju kampung Baduy akan memakan waktu tempuh lebih kurang 6 jam. Awalnya perjalanan masih lancar, meski sedikit macet namun tidak terlalu parah. Begitu masuk ke darah Banten bagian dalam, rutenya menjadi semakin sulit, jalanan yang turun naik cukup membuat kami ketar ketir. Apalagi ketika bus menaiki jalan setapak yang cukup curam. Beberapa kali Pak supir harus menggeser tuas persneling. Mobil sempat menderu dan hampir mundur. Terlebih rute jalan yang berliku dan ada longsor di salah satu badan jalan yang kami lewati. Cukup horor memang, untung saja sang supir sudah lihai mengatasi kondisi spt itu. Yup..kami hanya bisa pasrah, menyerahkan semua kepada pak Supir dan tentunya terus berdoa dalam hati masing-masing, agar kami semua selamat sampai tujuan.

Alhamdulillaah..sekitar pukul 15.30 wib kami sampai juga di desa Ciboleger. Eits, tp kami masih harus berjalan sejauh 3 km untuk masuk ke kampung baduy luar. Kali ini harus jalan kaki, melewati jalan setapak, naik turun dan lumayan licin. Setelah jalan beberapa meter, kami singgah di rumah Kepala Desa Kanekes yaitu sebuah desa yang nanti akan menjadi tempat kami menginap selama 3 hari 2 malam. Disana kami disambut dan diberi arahan terlebih dahulu mengenai aturan-aturan bagi pendatang yang akan masuk ke wilayah Kampung Baduy Luar. Peraturan tersebut antara lain berupa beberapa larangan, yaitu dilarang membawa tape recorder, radio, atau jenis alat musik lainnya (untung saja HP, kamera atau gadget lainnya tidak disebutkan hehe...), dilarang menggunakan sabun dan pasta gigi jika mandi di sungai karena khawatir mencemari air sungai, dilarang melakukan aktivitas yang mencolok dan menarik perhatian warga, dan melakukan tindakan asusila. Pada kesempatan ini pula, kami mendapatkan penjelasan mengenai Suku Baduy yang memilih untuk tetap menjaga kehidupannya yang sangat alami. Salah satu bentuknya adalah dengan tidak mengizinkan masuknya arus listrik, tidak menggunakan alat-alat elektronik, serta masih sangat teguh dalam menjaga keasrian alam. Mereka dapat bertahan hidup dalam kesederhanaan dan menggantungkan sepenuhnya kehidupan mereka kepada alam. Hmm sepertinya akan menjadi sesuatu yang berbeda bagi kami ketika tinggal disana nanti. Kamipun menjadi semakin penasaran. Seperti apa kehidupan para suku Baduy tersebut.
Perjalanan menuju kampung Baduy

Didepan rumah kepala desa

Setelah pertemuan di rumah kepada desa, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju desa Kanekes. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan alam yang asri. Hutan,  sungai, dan tentunya sekelompok penduduk desa Ciboleger dan ada juga baduy luar yang sibuk menawarkan jasa angkut barang. Sepanjang perjalanan, mereka selalu menawarkan jasa untuk membawa barang-barang kami. Mereka disebut sebagai porter. Yang membuat kami takjub adalah diantara orang dewasa tsb, ada beberapa anak kecil yang masih duduk di SD maupun SMP yang ikut menawarkan jasa sebagai porter. Ternyata anak-anak ini sudah sangat biasa membawa barang-barang berat kepunyaan para pengunjung. Kaki mereka begitu lincah, bergerak melangkahi bebatuan, menyusuri jalan setapak yang licin. Bagi kami yang tidak cukup kuat membawa barang-barang yang super berat sambil mendaki tentunya, jasa porter akan sangat membantu. Akhirnya beberapa dari kami terpaksa memakai jasa porter daripada nanti pingsan ditengah jalan dan pastinya akan sangat merepotkan.

Sekitar pukul 17.30 wib kami sampai di sebuah tanah yang cukup lapang, dan dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk yang hampir secara keseluruhan dibuat menggunakan bambu dan beratapkan daun yang disebut sulah nyanda. Bentuk bangunannya sangat sederhana. Namun terlihat menyatu dengan alam. Berdiri  menyesuaikan dengan kontur atau kemiringan tanah. Pondasi rumah dibuat dari batu kali yang disusun dan direkatkan menggunakan tanah yang sudah dipadatkan. Tampak asri dalam balutan kesederhanaan. Dirumah-rumah penduduk inilah kami menginap.


Berkumpul di halaman rumah penduduk





Kampung Marengo Baduy Luar





Senja sudah lewat, dan hari kian gelap. Suasana perkampungan sudah semakin sunyi. Meski baru pukul 20.00 wib, tapi semua penduduk sudah tidak melakukan aktivitas diluar rumah. Namun tidak demikian dengan kami para pendatang. Dikarenakan esok kami harus melakukan sebuah misi Citizen Journalism, maka malam ini kami harus kumpul untuk membahas persiapan esok hari. Kami harus melakukan koordinasi langsung seperti ini karena untuk komunikasi via HP saja tidak bisa, dikarenakan kendala sinyal yang sangat lemah. Suasana gelap membuat kami kesulitan mengenali satu sama lain. Untung saja kami membawa senter. Pada malam itu, ada satu hal yang berbeda. Alam Baduy yang disiangnya tampak indah dan menawan, seolah berubah menjadi sosok raksasa yang sedang tidur dalam keheningan malam. Namun, diatas kepala raksana malam tersebut dipayungi kemilau cahaya yang begitu indah. Langit malam di kampung Baduy begitu menawan. Bintang-bintang bertaburan bak titik-titik cahaya kemilauan. Kami terpukau, karena sudah lama sekali tidak melihat pemandangan langit yang indah seperti ini. Hati kecil bebisik memuji keagunganNya. Yah, hal-hal kecil seperti ini sering luput dari perhatian kami dikarenakan sehari-hari sudah disibukkan dengan berbagai urusan yang tiada habisnya. Sejenak memandang langit.

Tampak teman-teman sudah mendapatkan keputusan untuk esok. Yaitu Citizen Journalism dilakukan dengan membagi pemandu untuk tiap-tiap kelompok. Selain itu kami beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan dua orang suku baduy dalam yang akan berkunjung di siang harinya. Oleh karena itu, kami harus sudah menyiapkan beberapa pertanyaan untuk esok hari. Setelah itu sekitar pukul 21.30 wib kami kembali ke penginapan. Yup, beginilah cerita hari pertama kami di Baduy. Bersiap-siap untuk misi esok hari yang lebih menantang.



Minggu, 02 Maret 2014

Hari Ke-2 PK-9 : Materi Aku untuk Dunia dan Penulisan Jurnal Ilmiah

Materi berikutnya adalah tentang "Aku Untuk Dunia".

Sebuah materi renungan bagi kita tentang peran apa yang dapat kita berikan untuk Indonesia. Materi ini disampaikan oleh Letkol Laut Arif  Badrudin. Beliau adalah almuni LPDP yang sekarang sedang menempuh studi di UNSW, Canberra Australia.

Pesan-pesan moral yang disampaikan diantaranya :
Kita banyak memiliki keinginan/cita-cita, tapi kita dikelilingi oleh keterbatasan. Karena itu, kita tidak bisa sendiri untuk mewujudkan impian tsb. Perlu kerja sama dengan orang-orang disekitar yang satu frekuensi dengan kita. Karena itu, kita perlu mengubah mindset dari sifat Individualis menjadi "Aku untuk sekitarku". Ilmu yang kita miliki harus menjadi solusi bukan menjadi penyebab masalah.

Gantungkan cita-cita setinggi langit. Kalaupun belum dapat mencapai langit, setidaknya kita lebih tinggi dari langit-langit rumah. Keep Persistence!!

Next , Materi Tentang "Penulisan dan Kode Etik Jurnal Ilmiah"

Materi ini dibawakan oleh Prof. Dr. Ir.M.Nasikin, M.Eng. Seorang dosen dan peneliti di bidang katalisis heterogen.

Beliau menjelaskan tentang kiat menulis karya ilmiah, apa pentingnya publikasi dsb. Adapun kesulitan mahasiswa pada umumnya adalah di tahap awal dari proses penulisan karya ilmiah yaitu Ide. Oleh karena itu, Pak Nasikin memberikan kiat-kiat bagaimana tahap penulisan karya ilmiah yaitu Mulai belajar berfikir kritis dan mungkin sedikit gila hehe..Untuk langkah awal adalah Kenali Symptom/ Gejala dari sebuah Masalah. Dari tahap ini, akan muncul identifikasi dan perumusan masalah. Dari Ide, akan muncul ---> Roadmap, Tujuan, Hypothesis ---> mulai Men Desain/ Proposal ----> Pelaksanaan Riset  (tentunya termasuk pengujian Hypothesis) ----> Jika Hypothesis Terbukti berarti Formulasi berhasil ---> Penulisan Karya Ilmiah. 
Jika suatu penelitian memiliki Novelty, maka hal ini akan menjadi nilai tambah untuk kita. Novelty adalah kebaruan yang belum pernah dilakukan orang lain.

Selain sebagai syarat kelulusan, hal yang paling penting dari sebuah penelitian adalah sebagai salah satu parameter kemajuan suatu institusi Perguruan Tinggi. Ukuran ranking sebuah Universitas, ditentukan oleh banyak tidaknya penelitian ilmiah yang dilakukan. Parameter yang diambil memang bervariasi salah satunya dari Citation Index Jurnal. Ranking Universitas Dunia, salah satunya bisa di lihat disini http://www.topuniversities.com/university-rankings

Overall, pesan pemateri yang paling moralis dan idealis menurut saya adalah Niat kita melanjutkan studi bukan karena ingin lulus mendapat gelar lalu naik jabatan atau karir semata, tapi lebih dari itu kita bisa menghasilkan sebuah karya tulis yang unggul dan bermanfaat. Syukur-syukur jika bisa membuat sebuah inovasi produk yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Arggh.. beratnyaa...dalam tempo 1,5- 2 th ini harus bisa menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat. Semoga...diberi kemudahan untuk bisa melakukannya. Aamiiin.

Sabtu, 01 Maret 2014

Hari ke-2 PK-9 : Materi What, Why, & How To LPDP

Materi yg kami dapatkan adalah ttg What,Why, and How to LPDP. Materi ini disampaikan oleh Direktur LPDP, Bpk Eko Prasetyo dan Bpk.Abdul Kahar sebagai utusan dari Kemendikbud. Pesan-pesan yang disampaikan kurang lebih spt ini ...

Diawali dg motivasi dari Direktur LPDP, Bpk. Eko Prasetyo kepada para calon awardee, agar kita sbg calon generasi yang akan menjadi pemimpin di masa yg akan datang harus memiliki banyak mimpi. Seorang pemimpin besar harus memiliki mimpi besar. Seorang pemimpin yang berhasil adalah yang mampu meng-orbitkan anggotanya/mengajak orang untuk lebih sukses dari kita. 

Lalu masuk ke materi inti..seputar LPDP.
Bahwa, APBN yang disediakan adalah sekitar 1500 T. Dari total angka yang sangat significant tersebut, pendidikan mendapatkan jatah 20%. Adapun sumber dana LPDP berasal dari dana abadi yang di investasikan. Hasil dari investasi tsb lah yang menjadi sumber biaya LPDP kepada para awardee. Sebagai informasi, th 2013 modal dana LPDP sekitar 15.6 T, dan di thn 2014 mendapat tambahan 1.3T sehingga menjadi lebih kurang 16.9 T. Sebuah angka yang cukup fantastis. Maka kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para generasi muda yang memiliki semangat untuk melanjutkan studi magister dan doktor baik di dalam maupun luar negeri.

LPDP adalah sebuah lembaga dibawah naungan 3 kementrian yaitu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementrian Agama (Kemenag), dan Kementrian Keuangan (Kemenkeu). Di thn 2014 ini, LPDP mulai menerapkan beberapa regulasi baru terkait seleksi penerimaan awardee. Diantaranya adanya "Leader Group Discussion" sebagai tambahan dari tahapan seleksi. Pada tahap ini, para peserta seleksi akan diberikan sebuah case untuk didiskusikan dalam sebuah kelompok. Kemudian, akan ada tim psikolog yang menilai per individu di tiap-tiap kelompok tersebut. Hmm..tampaknya akan semakin seru. Sebelumnya, seleksi dilakukan sebanyak tiga tahap, yaitu berkas, wawancara dan program kepemimpinan.

Oia, bicara mengenai sumber dana LPDP, tadi sempat disinggung tentang dana abadi yang di investasikan. Adapun bentuk investasi bisa berupa obligasi dan deposito. Lanjut ke jenis layanan yang disediakan oleh LPDP, diantaranya :
  1. Program beasiswa magister, doktor baik dalam maupun luar negeri, thesis dan disertasi. Selain itu, disediakan pula program afirmasi, yaitu sebuah program beasiswa yang ditujukan untuk daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal)  yang berada di Indonesia.
  2. Program pendanaan riset strategis yang bersifat inovatif dan produktif.
  3. Rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam.
  4. Pengelolaan dana pengembangan pendidikan nasional (investasi)
Selain itu, hal baru yang akan dicanangkan adalah akan diadakannya sebuah beasiswa jenis baru yang bernama "Presidential Scholarship". Beasiswa ini adalah beasiswa yang prestisius, hanya dibuka sekali dalam setahun dengan kuota peserta kurang lebih 100 orang. Daan, beasiswa ini langsung dari presiden. Tapi masih kurang jelas, langsung dalam artian apakah akan ditraining langsung oleh Bpk Presiden di istana negara, begitukah? Ntah lah, We'll see next!

Ok, lanjut lagi ke jenis penelitian yang seperti apa si yang didukung oleh LPDP. Here they are,
1. Penelitian yang implementatif (menghasilkan produk, sudah punya prototype)
2. Penelitian yang bersifat sosial budaya
3. Penelitian tentang agama
4. Penelitian komersial yang melibatkan pihak industri sehingga bisa memiliki nilai jual.

Daan, yang terbaru lagi di tahun ini adalah..akan ada program beasiswa khusus untuk jurusan spesialis di bidang kedokteran. Yeay..lagi-lagi peluang terbuka untuk para generasi muda. Namun, yang cukup menyedihkan adalah..mulai tahun 2014, tidak ada lagi calon awardee yang berstatus on-going. Jadi, jika mau mendaftar LPDP, pastikan jangan sampai jadwal kuliah kita sudah dimulai. Hal ini sebenarnya bertujuan untuk mentertibkan proses registrasi dan penyesuaian jadwal seleksi selanjutnya agar tidak berbarengan dengn jadwal kuliah apalagi ujian. Sehingga mulai th 2014, LPDP menetapkan periode seleksi sebanyak 4x dalam setahun yaitu Maret, Juni, September, Desember. Diharapkan dengan adanya pengaturan jadwal seleksi ini, para pendaftar sudah memiliki planning dan dapat menyesuaikan jadwal pendaftaran di Universitas dg jadwal pendaftaran LPDP.

Sebagai penutup, salah satu faktor yang menentukan maju atau tidaknya sebuah negara dapat dilihat dari seberapa banyak jumlah tenaga terdidik terutama untuk tingkat master dan doktor. Selain itu, jumlah aktivitas riset yang dilakukan menjadi faktor penentu apakah tenaga terdidik tersebut cukup produktif mengembangkan ilmunya sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki.

Memasuki era AFTA 2015, Indonesia harus melakukan sebuah percepatan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM terdidik dan knowledgeable. Bersyukur, LPDP dapat menjadi pioneer untuk ini. Peluang yang diberikan begitu besar bagi para generasi muda. Oleh karena itu, jangan di sia-siakan. Manfaatkan peluang ini untuk memajukan dan meningkatkan potensi diri dan menjadi sarana kita untuk memberikan kontribusi untuk negeri.

Sekian dulu laporan dari kami.



Hari Ke-1 PK-9 : Sambutan Panitia dan PDKT dengan Peserta PK-9

Rabu, 12 Februari 2014

Akhirnya, tiba juga hari yang dinanti. Momen 12 hari Program Kepemimpinan LPDP akan segera saya jalani. Bersama teman-teman dari Bandung, kami berangkat menuju Wisma Makara UI, Depok menggunakan travel Baraya. Alhamdulillah, bisa sampai tepat waktu. Sekitar pukul 12 siang. Sementara acara pembukaan akan dimulai pukul 13.30 wib.

Setelah melakukan check-in, aku bersama roomate ku Hani Hamid, segera menuju Aula untuk mengikuti acara pembukaan. Acara ini dihadiri oleh seluruh panitia pelaksana PK-9. Sambutan diberikan oleh Bpk.Kamiluddin sebagai ketua pelaksana. Pak Kamil ini adalah orang yang selalu memberi kami (calon awardee) tugas-tugas pra-PK. Ditengah-tengah kesibukan kami ntah itu kuliah atau bekerja, beliau selalu memberi surprise hampir setiap hari dengan memberikan berbagai macam tugas dengan tujuan agar bisa lebih Terasa Manfaatnya :-D

Setelah itu acara lanjut ke perkenalan seluruh panitia sekaligus mengenalkan fasilitator dari panitia untuk masing-masing kelompok. Oh ya, untuk penamaan kelompok, tema yang diangkat  adalah nama suku di Indonesia. Dan kelompokku, mendapatkan daerah Riau sebagai patokan kami mencari nama suku. Akhirnya, kami putuskan nama suku kelompok kami adalah Sakai, yaitu sebuah suku yang mendiami daerah Riau dan tinggal disekitar sungai. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah mencari ikan disungai, Oleh karena itu, yel-yel kelompok kami adalah yang berhubungan dengan sungai, bunyi Yel-yel kami adalah . sebagai berikut :
"Dayung yuk dayung , mari kita dayung... bersama menuju garis kemenangan (intro)"
Lalu kami mengdaptasi lagu "If you're happy and you know it clap your hand " salah satu lagu kesukaan anakku, menjadi yel-yel kami. Tentu saja dengan mengganti liriknya menjadi :
"Kalau kau ingin maju ayo gabung...Ayo!!
Bersama berkarya membangun bangsa..Sakai!!
Yang muda dan berkarya..
Moralis cendekia...
Generasi Emas Indonesia..Oyeaaah!!"

Sementara untuk angkatan, kami memantapkan Mars, ikrar dan Yel-yel angkatan yang sebelumnya sudah menjadi tugas pra-PK. Untuk tagline PK-9 adalah "Satu Cinta Untuk Indonesia" yang sudah didokumentasikan melalui kaos khusus PK-9 yang di design oleh Mba Eva Mia Siska dan Mas Hamdi sebagai eksekutor pembuat kaosnya..Thanks to them...

Hari pertama PK, di isi dengan pembukaan dan pemantapan tugas-tugas angkatan serta kelompok. Tak lupa pula, momen ini saya manfaatkan untuk berkenalan dengan semua peserta PK-9, terutama dari kelompok saya "Sakai". Kelompok Sakai terdiri dari 11 orang :
1. Aisyah Ilyas, cewek cantik dan cool ini akan melanjutkan studi ke Tsing Hua University,  China jurusan Hubungan Internasional
2.Ertika Nanda, yang akrab dgn panggilan mb Nanda. Seorang wanita manis yang aktif dan dinamis. Beliau akan melanjutkan studi ke Univ. Twente Belanda , jurusan Ilmu Komunikasi
3. Henny Kurniawati, ibu tiga anak ini begitu semangat untuk melanjutkan studinya di program Doctoral Accounting di Ghent University , Belgia. Salut bgt deh!
4. Anggha Satya Nugraha, dosen muda dari UI yang selalu berfikir spt Sherlock Holmes ini akan melanjutkan studi ke program Phd di bidang Matematika , Universitas of Canterbury, Selandia Baru.
5. Ratna Sari Widiastuti, cewek hitam manis yang energik ini akan melanjutkan studinya di program Magister untuk Matematika UGM
6 Arif Darmawan, Pak Lurah kita yang cool bangeeet ini akan melanjutkan studinya di program Master Teknik Fisika di ITS.
7. Muqrobin, si Mr. Bin ini orangnya aktif di yayasan sosial dan bekerja di Dept.Sos, akan melanjutkan studi di program Doktor di UIN Sunan Kalijaga, Jogja prodi Studi Pendidikan Islam
8. Mahanugra Kinzana, anak muda yang berperawakan tinggi dan manis ini *hahaha sangat ambisius dan  bersemangat untuk melanjutkan studinya di program master Business and Marketing, Universtias MacQuarie , Sydney Australia.
9. Zainul HS, anak muda yang suka berkelakar ini akan melanjutkan studinya di program Magister Pengkajian Islam di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
10. Citra Permatasari, seorang ibu berwajah ayu dgn satu anak ini akan segera menyusul suaminya ke Belanda dengan melanjutkan studinya di program Magister Population Studies di Universitas Groningen Belanda.
11. Terakhir, saya, sbg Ibu Kepala Suku (hahaha...tua banget) bernama Aila Gema Safitri, ibu muda perawakan tinggi dan berwajah kalem *uhuk...dgn satu jagoan kecil yang menggemaskan dan suami yang begitu pengertian, akan menyelesaikan studi Magister di ITB dgn program studi Teknik Media Digital dan Game.

Begitulah..hari pertama kami di PK. Petualangan akan dilanjutkan di 10 hari berikutnya...Ganbatte!